
Eko Toniansyah (17) yang berhasil selamat dari cengkraman maut, tetapi tidak dengah ayahnya, Eko Satriyo (31)
ATENSI69.ID – Jakarta, Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu (2/7) malam, menyisakan kisah-kisah mengharukan. Salah satunya adalah kisah Eko Toniansyah (17) yang berhasil selamat dari cengkraman maut, tetapi tidak dengah ayahnya, Eko Satriyo (51).
Baca Juga: Heboh! Kemalangan Bocah Terletak di Jalan Tol Setelah Jatuh dari Bus Mabes AD
Kisah Toni yang Selamat dari Peristiwa Mengerikan
Eko Satriyo, sopir truk asal Klatak, Banyuwangi, menjadi salah satu korban tewas dalam insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
Sang anak, Eko Toniansyah atau Toni, selamat setelah berjam-jam terombang-ambing di laut sambil memeluk jasad ayahnya.
Saat kejadian, keduanya tengah mengangkut material semen menuju Singaraja, Bali.
Toni mengaku kepada ibunya, Misatun Altuniyah (44), bahwa ia dan sang ayah sempat berdiri di dek kapal sambil mengenakan pelampung sebelum kapal dihantam gelombang tinggi.

“Kata anak saya, kapal tiba-tiba miring dihantam ombak besar, lalu dalam hitungan menit ombak kembali menghantam hingga kapal tenggelam,” ujar Misatun, Sabtu (5/7).
Menurut cerita Toni, ia dan ayahnya sempat terseret arus selama 20 detik. Saat muncul ke permukaan, sang ayah sudah tak bernyawa.
Meski begitu, Toni memilih bertahan sambil memeluk jasad ayahnya hingga akhirnya ditemukan nelayan sekitar pukul 05.30 WIB, setelah terapung sejak tengah malam.
“Saat kembali ke permukaan, suami saya sudah meninggal, tapi anak saya selamat,” ujar Misatun sambil menahan tangis.
Kisah Toni menyita perhatian karena keberaniannya bertahan di laut dalam kondisi traumatis.
Sang ibu, Misatun, juga mengungkap bahwa sebelum berangkat, suaminya sempat mengirim pesan penuh kasih sayang.
“Terakhir suami saya minta maaf dan peluk saya lewat pesan. Saya tidak menyangka itu pesan terakhirnya,” ucapnya lirih.
Sosok Eko
Semasa hidup, Eko dikenal sebagai sosok penyayang dan dermawan. Meski jarang di rumah karena bekerja sebagai sopir antarpulau, ia tetap memberi perhatian penuh kepada keluarganya.
“Saya diabetes. Dia yang sering kirim obat herbal, ingetin saya buat rajin ibadah dan doa. Terakhir dia minta saya baca Ayat Kursi 11 kali,” kata Misatun.
Tak hanya kepada keluarga, Eko juga dikenal suka berbagi. Dia rutin bersedekah ke masjid dan sering memberi uang ke anak-anak kecil di sekitar rumah. Bahkan, Eko memiliki empat anak angkat.
“Senin kemarin dia sempat sedekah lagi ke masjid. Dia bilang, Senin depan sedekahkan lagi atas nama dia,” kenang Misatun.
Kini, Misatun hanya bisa mengirimkan doa untuk suaminya yang telah tiada. Ia berusaha tabah demi anak-anaknya, terutama Toni yang mengalami langsung tragedi itu.
“Kalau bukan karena Tuhan dan pelampung itu, mungkin saya kehilangan dua orang sekaligus,” ujarnya lirih.