
Dampak ekonomi Indonesia terhadap perang Iran-Israel
ATENSI69.ID – Jakarta, Perang antara Iran dan Israel menimbulkan sederet dampak bagi perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia.
Analis Kebijakan Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kementerian Keuangan, Wahyu Septia W, menjelaskan bahwa kekhawatiran utama banyak negara di dunia akibat perang ini adalah potensi lonjakan harga barang dagangan, khususnya minyak dunia.
Hal ini berkaitan dengan Selat Hormuz, jalur utama perdagangan minyak dunia. Menurut Wahyu Septia, Selat Hormuz merupakan rute yang krusial, karena sekitar 20% dari total pasokan minyak global melintasi kawasan tersebut.
Jika Iran benar-benar menutup akses tersebut, maka rantai pasok minyak global akan mengalami gangguan besar.
“Sebenarnya yang ditakutkan banyak pihak dari perang antara Iran dan Israel ini harga komoditas, terutama minyak,” katanya, pada Kamis (26/6).
“Kalau ada disrupsi rantai pasok, berarti nanti pasokan akan berkurang, atau bisa jadi kayak ketika mau lewat ke situ, nanti harga insurance akan naik. Tentu setelah disrupsi rantai pasok, dampaknya adalah ke harga komoditas,” tambahnya.
Dia menyebut, ketika perang Iran-Israel berlangsung selama beberapa hari telah berdampak pada kenaikan harga minyak dunia sekitar 8%.
Meski berlangsung sebentar, kata dia, hal ini turut menjalar pada harga barang dagang lainnya dan berpotensi menyebabkan kenaikan harga barang secara terus-menerus.
“Dalam beberapa tahun terakhir, dunia itu sruggle mengendalikan inflasi. Jika inflasinya naik, berarti suku bunga bank sentral di berbagai belahan bumi ini nggak akan turun. Padahal kalau misalnya suku bunganya nggak turun, ekonomi nggak akan jalan secepat biasanya,” terangnya.
Baca Juga: China Kecam Serangan AS Terhadap Iran: Situasi Makin Memburuk
Dampak Ekonomi

Ekonom Senior FEB UGM, Dr. Revrisond Baswir, M.B.A., Ak., CA, menilai bahwa dampak langsung konflik tersebut terhadap perekonomian Indonesia belum signifikan, kecuali jika negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, Prancis, atau Rusia ikut terlibat secara terbuka.
“Dampak konflik Iran-Israel terhadap perekonomian global sangat tergantung pada sejauh mana negara-negara besar terpancing masuk. Kalau keterlibatan mereka meningkat, barulah risiko global naik tajam. Namun untuk Indonesia, dampak langusngnya tidak terlalu besar,” ujar Revrisond.
Di tengah ketidakstabilan ekonomi global, menurutnya, tantangan utama yang dihadapi Indonesia justru berasal dari masalah internal.
Menurutnya, Indonesia perlu fokus pada transparansi, pemberantasan korupsi, pengurangan kesenjangan sosial, dan penciptaan lapangan kerja. “Itu lebih krusial daripada efek eskternal,” tegasnya.

Prof Rossanto menyebut bahwa jumlah ekspor Indonesia ke Timur Tengah memang kecil, tetapi permasalahan terletak pada posisinya sebagai jalur pelayaran.
“Sebetulnya ekspor kita ke Timur Tengah tidak begitu besar, tidak sampai lima persen dari jumlah ekspor kita. Tetapi, Timur Tengah itu jalur pelayaran ke Eropa, sehingga kalau ada masalah, otomatis biaya logistik ke Eropa semakin mahal. Kalau logistik mahal, otomatis ekspor kita menurun karena importir di Eropa akan menghasilkan ekspor ke negara lain yang lebih murah.” jelasnya.