ATENSI69.ID – Jakarta, Gelombang banjir longsor di Tapanuli sejak akhir November memicu krisis besar yang melanda Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, hingga Sibolga. Curah hujan ekstrem, rusaknya jaringan transportasi, dan kondisi geografis yang terisolasi membuat proses evakuasi dan pendataan korban berjalan dinamis dari hari ke hari. Di tengah situasi genting, pemerintah pusat dan daerah bergerak mempercepat penanganan darurat.
Baca Juga: Darurat! Banjir Parah di Thailand Tewaskan Puluhan Warga
Banjir Longsor di Tapanuli Picu Korban Jiwa dan Jalur Terputus
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyebut data korban terus berubah seiring tim penyelamat menemukan titik-titik longsor baru.
“Per hari ini tiba-tiba ditemukan 7 meninggal dunia dan di titik longsor itu diperkirakan Bupati masih ada, mudah-mudahan tidak seperti itu, mungkin masih ada puluhan juga yang jadi korban,” ujarnya.
Jalur darat menuju berbagai wilayah terputus.
“Di Tarutung menuju ke selatan ke Tapanuli Tengah belum bisa… masih tertutup longsor yang tidak bisa ditempuh kendaraan roda dua maupun roda empat,” jelas Suharyanto.
Ia menambahkan jalur dari Tapanuli Tengah ke Sibolga juga sempat terisolasi, sehingga distribusi logistik belum maksimal. Untuk mengatasi keterbatasan ini, BNPB mengerahkan pesawat caravan, dua helikopter, serta alat berat untuk membuka akses jalan.
Kerusakan Ekosistem Batangtoru Dituding Jadi Faktor
Walhi Sumut menilai bencana ini tidak hanya dipicu hujan ekstrem, tetapi juga kerusakan hutan di Ekosistem Batangtoru yang menjadi pusat Daerah Aliran Sungai.
Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba, menegaskan:
“Itu menjadi bukti kerusakan ekosistem yang tak terbantahkan.”
Ia menyebut citra satelit memperlihatkan area sekitar lokasi banjir sudah gundul.
“Ini bukti campur tangan manusia melalui kebijakan yang memberi ruang pembukaan hutan sehingga terjadi bencana,” katanya lagi.
Walhi menuding tujuh perusahaan—mulai dari pertambangan, PLTA, perkebunan kayu, hingga sawit—telah mengurangi tutupan hutan di Batangtoru dan memperburuk fungsi hidrologis DAS.
Sejumlah perusahaan terkait membantah tuduhan tersebut dan menegaskan seluruh kegiatan dijalankan sesuai aturan.
Banjir Longsor di Tapanuli Hambat Evakuasi, Ribuan Warga Mengungsi
Setidaknya 2.851 warga mengungsi di empat kabupaten/kota akibat banjir dan longsor sejak 24 November. Korban meninggal yang telah terkonfirmasi tercatat 19 orang, namun angka ini masih bisa bertambah karena medan sulit dan komunikasi di banyak wilayah terputus.
Di Hutanabolon, Tapanuli Tengah, sekitar 50 orang dilaporkan terjebak di hutan setelah pengungsian awal mereka diterjang longsor. Dalam rekaman yang dikirim sebelum komunikasi hilang, para pengungsi menyerukan permintaan bantuan:
“Pak Bupati tolong kami di sini. Kiri-kanan sudah longsor. Tidak ada lagi jalan keluar, Pak Bupati.”
Rose Zebua, salah satu kerabat korban, kehilangan kontak sejak Selasa siang.
Sebelum sambungan telepon terputus, keluarganya berkata mereka hanya membawa pakaian di badan.
“Hanya baju di badan, tidak ada makanan, tidak ada persiapan apa-apa,” ujar Rose.
Ia kini tidak tahu apakah keluarganya masih selamat.
Banjir Longsor di Tapanuli Ganggu Sibolga dan Wilayah Pesisir
Banjir bandang juga merendam Sibolga setelah luapan besar dari arah pegunungan menghantam pemukiman dekat pesisir. Warga terpaksa mengungsi dua kali dalam waktu kurang dari beberapa jam.
Tanti, warga yang tinggal di Jakarta, kehilangan kontak dengan ibu dan keluarganya. Dalam telepon terakhir, ia mendengar seruan panik di ujung telepon:
“Ayo-ayo, cepat.”
Tak lama kemudian, jaringan telekomunikasi padam dan hingga kini Tanti tak mengetahui kondisi keluarganya. Ia menyebut sejak kecil Sibolga tak pernah mengalami bencana sebesar ini.
“Kejadian minggu ini tak terduga: ada banjir bandang dari arah gunung,” ujarnya.
Dugaan Illegal Logging dalam Skala Besar
Video yang beredar memperlihatkan Sungai Batang Toru membawa gelondongan kayu dalam jumlah besar, yang menumpuk di jembatan-jembatan kawasan Batangtoru. Walhi menyebut fenomena ini menandakan penebangan hutan masif dan turunnya fungsi hidrologis DAS.
Dalam penjelasannya, Walhi menyebut tujuh perusahaan—termasuk tambang emas, PLTA, PLTMH, geothermal, perkebunan kayu, dan perkebunan sawit—beroperasi di lanskap Batangtoru. Aktivitas mereka diduga menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan air yang seharusnya mengatur tata air dan mencegah bencana.
Walhi mendesak pemerintah memeriksa izin seluruh korporasi tersebut dan menghentikan kegiatan yang berisiko memperparah kerusakan lingkungan.
Upaya Pemerintah Mengatasi Banjir Longsor
Kemendagri dan BNPB menyiapkan posko nasional di Taput sebagai pusat logistik udara. Pesawat caravan dijadwalkan mengirim bantuan ke Sibolga dan Tapanuli Tengah, sementara helikopter logistik mulai beroperasi untuk menjangkau titik-titik terisolasi.
Safrizal ZA dari Kemendagri menjelaskan:
“Malam ini kami siapkan posko nasional di Taput, karena kami rencanakan menjadi pusat logistik udara.”
Posko tersebut akan mengoordinasikan distribusi bantuan, komunikasi, dan konsolidasi instansi di lapangan.
Upaya evakuasi oleh TNI, Polri, BPBD, dan Satpol PP masih terus berlangsung, meski medan sulit dan cuaca belum sepenuhnya stabil.

Tragedi! Dosen Untirta Tewas Ditabrak Truk, Polisi Buru Pelaku
Tragis! Korban Kebakaran Terra Drone Bertambah, Evakuasi Berlangsung Mencekam
Menggemparkan! Banjir Garoga Tapsel Hapus Permukiman dan Putuskan Akses Jalan
Menggemparkan! Banjir Bandang Aceh Utara Picu Krisis 11 Hari Tanpa Listrik
Mengerikan! Banjir Bandang di Aceh Tamiang Hancurkan Rumah Warga
Geger! Kalapas Diduga Paksa Napi Muslim Makan Daging Anjing