ATENSI69.ID – Jakarta, Erupsi Gunung Semeru pada 19 November 2025 memicu peningkatan aktivitas vulkanik secara cepat, membuat status gunung dinaikkan menjadi Level IV (Awas) dan mendorong serangkaian langkah mitigasi dari pemerintah serta otoritas taman nasional. Peningkatan aktivitas erupsi dan awan panas mendorong penutupan jalur pendakian, pengungsian warga, serta pembatasan aktivitas di zona-zona berbahaya.
Badan Geologi mencatat perubahan status berjenjang dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) pukul 16.00 WIB, lalu naik ke Level IV (Awas) hanya satu jam kemudian. Pihak BB TNBTS langsung menutup seluruh jalur pendakian, termasuk Ranu Kumbolo, demi keselamatan pengunjung dan petugas.
Baca Juga: Pintu Selatan Stasiun Bekasi Ditutup 28 November, Akses Penumpang Dialihkan ke Utara
Situasi Terkini Erupsi Gunung Semeru: Status Awas dan Zona Bahaya Diperketat
PVMBG menegaskan bahwa peningkatan tekanan di tubuh gunung api masih terlihat dari frekuensi gempa letusan, guguran, hembusan, serta aktivitas lava yang menuju sektor selatan–tenggara. Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan:
“Awan panas masih berlangsung dengan amplitude maksimum 37 mm hingga laporan ini dibuat.”
Ia menambahkan bahwa suplai magma dari dalam tubuh gunung masih aktif, didukung pengamatan deformasi serta peningkatan gempa guguran ke arah Besuk Kobokan. Karena itu, dua rekomendasi utama ditetapkan:
- Tidak ada aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 20 km dari puncak.
- Tidak ada aktivitas manusia dalam radius 8 km dari kawah karena bahaya lontaran batu pijar.
Evakuasi Pendaki Saat Erupsi Gunung Semeru: 187 Orang Terkonfirmasi Aman
Saat Erupsi Gunung Semeru terjadi, terdapat 187 pendaki di Ranu Kumbolo yang berada 6,4 km dari puncak di sisi utara. Lokasi ini dinyatakan aman karena arah luncuran awan panas menuju selatan–tenggara.
Kepala BB TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha menjelaskan bahwa pendaki diminta tetap bermalam di Ranu Kumbolo karena kondisi cuaca hujan dan hari sudah gelap.
“Tapi arah erupsi ke arah selatan dan tenggara. Sementara Ranu Kombolo berada di utara. Jadi kami pastikan lokasi itu cukup aman,” ujarnya.
Keesokan harinya, seluruh pendaki turun ke Ranupani dan tiba pada pukul 11.45–14.30 WIB dalam keadaan sehat.
Dampak Erupsi Gunung Semeru: Pengungsian, Kebutuhan Logistik, dan Korban Luka
Ribuan warga di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro mengungsi. Banyak warga kehilangan rumah serta harta benda dalam hitungan menit akibat guguran awan panas.
Seorang pengungsi, Anik Hatamah, bercerita:
“Sisa satu sendok pun enggak ada. Habis.”
Ia menggambarkan detik-detik ketika warga berteriak memintanya keluar rumah karena awan panas mulai turun.
“Cepat keluar! Cepat keluar!” Itu lava sudah turun ke bawah”.
Pengungsi lain, Siti Munamah, mengatakan kebutuhan susu dan popok bayi semakin menipis. Keluhan kesehatan seperti pusing, sesak napas, dan gatal-gatal juga mulai muncul.
Ahmad Saifuddin dari pos kesehatan menyebut:
“Banyak keluhan dari lansia … biasanya kalau nggak pusing, kalau nggak gatal-gatal setelah erupsi.”
Selain pengungsian, tiga orang mengalami luka bakar akibat material panas, termasuk pasangan asal Kediri yang jatuh di jembatan Gladak Perak. Mereka telah dirujuk ke RS Pasirian untuk perawatan lanjutan.
Pemda Tetapkan Tanggap Darurat
Pemkab Lumajang menetapkan status tanggap darurat bencana erupsi hingga 25 November sebagai langkah percepatan penanganan. Status ini memungkinkan mobilisasi logistik, tenaga SAR, serta pembukaan posko darurat tanpa prosedur panjang.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati, memastikan pemantauan 24 jam tetap berjalan:
“Alhamdulillah, per hari ini Semeru sudah lebih tenang. Tidak lagi mengeluarkan APG. Jika ada letupan, sifatnya kecil dan wajar.”
Namun ia menegaskan masyarakat di radius 15–20 km tetap harus waspada karena status Semeru masih Awas.
“Waspada itu penting, tapi tidak perlu panik.”
Data Kegempaan dan Visual: Aktivitas Masih Tinggi
Aktivitas vulkanik masih padat dengan ratusan gempa letusan, puluhan gempa guguran, hembusan, hingga getaran banjir. Petugas mencatat asap kawah putih membumbung 1.000 meter pada 22 November dini hari.
Arah angin dominan ke tenggara–selatan, membuat wilayah di sepanjang Besuk Kobokan menjadi area paling rawan.
Sejarah Singkat Aktivitas: Paku Bumi Jawa yang Tak Pernah Tenang
Semeru—gunung tertinggi di Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl—memiliki sejarah panjang letusan sejak abad ke-19. Catatan menunjukkan aktivitas besar sejak 1818 hingga serangkaian letusan signifikan di tahun 1940-an, 1977, 2008, dan kejadian besar pada 2021 yang menewaskan 51 orang.
Karakter letusan Semeru adalah kombinasi vulkanian dan strombolian yang terjadi 3–4 kali setiap jam, menjadikan gunung ini salah satu gunung api paling aktif di Indonesia.

Panik! Jembatan Beutong Ateuh Nagan Raya Putus Diterjang Banjir
Jembatan Teupin Mane Putus, Warga Nekat Menyebrang Pakai Drum
Kapal Vietnam Ditangkap di Laut Natuna, Diduga Curi Puluhan Ton Ikan Bernilai Miliaran
Petugas Tewas Saat Sikat Tambang Emas Ilegal di Gunung Salak — Apa Penyebabnya?
Puting Beliung Terjang Ujungberung Bandung, Gerobak Terguling & Puluhan Rumah Rusak!
Gempa Papua Barat! Guncangan M5,0 Kaimana Tak Berpotensi Tsunami
Tragedi! Dosen Untirta Tewas Ditabrak Truk, Polisi Buru Pelaku
Tragis! Korban Kebakaran Terra Drone Bertambah, Evakuasi Berlangsung Mencekam
Menggemparkan! Banjir Garoga Tapsel Hapus Permukiman dan Putuskan Akses Jalan
Menggemparkan! Banjir Bandang Aceh Utara Picu Krisis 11 Hari Tanpa Listrik