ATENSI69.ID – Jakarta, Fenomena gumpalan busa hitam Subang membuat heboh warga Kabupaten Subang, Jawa Barat. Gumpalan berwarna hitam keabu-abuan itu tampak melayang di udara sebelum perlahan jatuh menutupi area persawahan dan sebagian pemukiman warga Kecamatan Patokbeusi.
Awalnya, banyak warga mengira gumpalan itu adalah awan gelap pertanda hujan. Namun, saat busa jatuh ke tanah, tercium bau menyengat mirip limbah pabrik. Video amatir yang merekam kejadian itu pun viral di media sosial dan menuai beragam reaksi. Dalam rekaman terdengar warga berkata, “Awan ini awan hitam,” lalu disusul teriakan lain, “Busa bau, awas beracun.”
Baca Juga: Serangan Beruang di Jepang Makin Brutal, Pemerintah Minta Bantuan Militer
Gubernur Jabar Minta Pengecekan Fenomena Gumpalan Busa Hitam Subang
Menanggapi fenomena ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi langsung meminta dilakukan penyelidikan menyeluruh oleh tim gabungan. Ia menegaskan bahwa kesimpulan sementara tidak boleh diambil tanpa hasil kajian ilmiah.
“Gumpalan busa awan saya sudah minta nih, kan itu tim ya, tidak boleh disimpulkan oleh gubernur. Nanti tim dari Kementerian Lingkungan Hidup (juga) segera melakukan pengecekan,” ujar Dedi di Gedung Sate Bandung, Rabu (29/10/2025).
Pemeriksaan ini akan dilakukan oleh tim gabungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat, DLH Kabupaten Subang, serta Kementerian Lingkungan Hidup untuk memastikan sumber dan kandungan busa tersebut.
DLH Turunkan Tim untuk Selidiki Gumpalan Busa Hitam Subang
Kepala DLH Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih, mengonfirmasi bahwa pihaknya sudah menurunkan tim Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (PPLH) untuk menelusuri asal usul gumpalan busa hitam di Subang.
“Masih dicek oleh Tim Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (PPLH). Saat ini belum ada laporan dari tim,” kata Ai.
DLH berencana mengambil sampel busa untuk diuji laboratorium agar dapat diketahui kandungan zat kimia dan tingkat bahayanya bagi lingkungan dan manusia. Hingga kini, lokasi kejadian masih dalam pemantauan tim lapangan dan petugas lingkungan setempat.
BMKG: Gumpalan Busa Hitam Subang Bukan Fenomena Alam
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat memastikan bahwa gumpalan busa hitam di Subang bukanlah fenomena atmosfer atau cuaca alami.
“Berdasarkan analisis data meteorologi, fenomena gumpalan hitam di Subang tidak termasuk dalam kategori awan atau fenomena atmosfer lainnya,” tulis BMKG Jawa Barat dalam keterangannya.
BMKG menjelaskan bahwa awan sejatinya terbentuk melalui proses kondensasi uap air di atmosfer dengan pola dan karakteristik yang bisa diamati lewat radar cuaca atau citra satelit. Namun, hasil pemantauan menunjukkan tidak ada aktivitas atmosfer yang mendukung pembentukan busa seperti itu.
“Fenomena yang tampak berupa gumpalan hitam tersebut lebih mungkin berasal dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin,” jelas BMKG.
BMKG juga mendorong Dinas Lingkungan Hidup dan BPBD setempat untuk melakukan pemeriksaan langsung terhadap material busa guna memastikan kandungan kimianya.
Cuaca di Subang Normal
BMKG Jawa Barat memaparkan kondisi cuaca di wilayah Subang pada saat gumpalan busa hitam tersebut muncul. Data dari stasiun pengamatan menunjukkan cuaca cenderung berawan hingga hujan ringan dengan kondisi angin normal.
Pada 27 Oktober 2025, angin bertiup dari arah timur-selatan dengan kecepatan maksimum 26,1 km/jam. Sementara pada 28 Oktober, kecepatan tertinggi hanya mencapai 13,3 km/jam. Data ini menunjukkan tidak ada aktivitas atmosfer ekstrem yang bisa memicu fenomena aneh tersebut.
BMKG menegaskan akan terus memantau kondisi cuaca di wilayah Subang. Lembaga itu juga siap mendukung investigasi lanjutan bila dibutuhkan. “Kami terus melakukan pemantauan rutin terhadap dinamika cuaca dan atmosfer. Jika diperlukan, kami siap membantu analisis data untuk mendukung investigasi lanjutan,” tulis BMKG Jawa Barat.
Investigasi Masih Berlanjut
Hingga kini, gumpalan busa hitam Subang masih menjadi misteri. Pemerintah daerah dan instansi terkait tengah menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan sumber, penyebab, serta potensi bahayanya bagi warga dan lingkungan.
Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan bahwa investigasi ini akan dilakukan secara menyeluruh dan transparan. “Kita tidak boleh buru-buru menyimpulkan. Harus berdasarkan hasil uji dan temuan ilmiah di lapangan,” tegasnya.
Fenomena unik ini masih menyisakan tanda tanya besar di kalangan masyarakat. Warga Subang diimbau untuk tetap tenang, menjauhi lokasi temuan busa, serta menunggu hasil pemeriksaan resmi dari tim gabungan yang kini bekerja di lapangan.

Panik! Jembatan Beutong Ateuh Nagan Raya Putus Diterjang Banjir
Jembatan Teupin Mane Putus, Warga Nekat Menyebrang Pakai Drum
Erupsi Gunung Semeru Makin Meluas, Awan Panas Capai 8 Km dan PVMBG Naikkan Status ke Level IV
Kapal Vietnam Ditangkap di Laut Natuna, Diduga Curi Puluhan Ton Ikan Bernilai Miliaran
Petugas Tewas Saat Sikat Tambang Emas Ilegal di Gunung Salak — Apa Penyebabnya?
Puting Beliung Terjang Ujungberung Bandung, Gerobak Terguling & Puluhan Rumah Rusak!
Tragedi! Dosen Untirta Tewas Ditabrak Truk, Polisi Buru Pelaku
Tragis! Korban Kebakaran Terra Drone Bertambah, Evakuasi Berlangsung Mencekam
Menggemparkan! Banjir Garoga Tapsel Hapus Permukiman dan Putuskan Akses Jalan
Menggemparkan! Banjir Bandang Aceh Utara Picu Krisis 11 Hari Tanpa Listrik